Kadinas Kesehatan Blora, Edi Widayat. Foto: Manda
Kabarasta- Pemerintah Kabupaten Blora Jawa tengah terus berupaya menurunkan kasus stunting agar pada 2024 mendatang tidak ada lagi kasus baru.
Kepala Dinas Kesehatan Blora, Edi Widayat mengungkapkan Sesuai hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting masih 25% sedangkan menurut data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) untuk angka stunting di Blora semakin turun yakni 6,3%.
“menurut data angka stunting ada 2 E-PPGBM dan SSGI. Untuk SSGI masih 25%, sedangkan EPPGBM semakin turun saat ini ada di 6,3%,”ungkap Edy Widayat usai sosialisasi Germas di Kecamatan Jiken, Kamis (26/10).
Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Lebih lanjut disampaikan, penderita stunting di Blora tersebar di 41 desa dan empat kelurahan, di antaranya di Kecamatan Blora, Cepu, Kunduran, Kedungtuban, Ngawen, Sambong, Banjarejo, Doplang dan Kecamatan Randublatung.
Dirinya menjelaskan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi stunting.
“Alhamdulillah masyarakat saat ini sudah mulai sadar pentingnya pencegahan stunting. Terbukti angka stunting menurun,” jelasnya.
Walaupun sudah ada penurunan kasus, berbagai upaya tetap akan terus dilakukan. Beberapa di antaranya melalui program telur maksi, rembo setia, gerdu KIA-KB serta dawis penting. Selain itu juga pengolahan kelor menjadi kapsul bagi ibu menyusui hingga pemberian protein.
Seperti diketahui, stunting adalah masalah gizi kronis, akibat kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan pertumbuhan pada anak terganggu.
(Manda/Redaksi)
Kabarasta- Pemerintah Kabupaten Blora Jawa tengah terus berupaya menurunkan kasus stunting agar pada 2024 mendatang tidak ada lagi kasus baru.
Kepala Dinas Kesehatan Blora, Edi Widayat mengungkapkan Sesuai hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting masih 25% sedangkan menurut data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) untuk angka stunting di Blora semakin turun yakni 6,3%.
“menurut data angka stunting ada 2 E-PPGBM dan SSGI. Untuk SSGI masih 25%, sedangkan EPPGBM semakin turun saat ini ada di 6,3%,”ungkap Edy Widayat usai sosialisasi Germas di Kecamatan Jiken, Kamis (26/10).
Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Lebih lanjut disampaikan, penderita stunting di Blora tersebar di 41 desa dan empat kelurahan, di antaranya di Kecamatan Blora, Cepu, Kunduran, Kedungtuban, Ngawen, Sambong, Banjarejo, Doplang dan Kecamatan Randublatung.
Dirinya menjelaskan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi stunting.
“Alhamdulillah masyarakat saat ini sudah mulai sadar pentingnya pencegahan stunting. Terbukti angka stunting menurun,” jelasnya.
Walaupun sudah ada penurunan kasus, berbagai upaya tetap akan terus dilakukan. Beberapa di antaranya melalui program telur maksi, rembo setia, gerdu KIA-KB serta dawis penting. Selain itu juga pengolahan kelor menjadi kapsul bagi ibu menyusui hingga pemberian protein.
Seperti diketahui, stunting adalah masalah gizi kronis, akibat kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan pertumbuhan pada anak terganggu.
(Manda/Redaksi)
Posting Komentar